Rasullulah saw menitiskan air mata, melihat nasib pemuda bangsawan itu.
"Jika masih ingin hidup , segera tinggalkan Kota Madinah ini!,"ancam Usaid .
Menghadapi kekasaran Usaid,Mush'ab bin Umair hanya tersenyum.
"Baiklah saudara ,tolonglah duduk
sebentar . Terimalah ucapan saya jika memang baik , dan tinggalkan saya
jika ternyata tidak berkenan di hati anda,"kata Mush'ab dengan lemah
lembut.
Mush'ab bin Umair kemudian menceritakan
maksud kedatangan untuk membawa risalah Muhammad saw tentang ajaran
islam yang mencintai perdamaian. Dari tutur katanya yang bijak itu,
hingga membuat Usaid menjadi terpesona dan kemudian membenarkan ajakan
Mush'ab.
Siapakah Mush'ab bin Umair itu? Dia
adalah seorang pemuda yang tampan dan kaya. Di antara pakaiannya ada
yang berharga 200 dirham atau senilai 100 kambing waktu itu.
Pemuda ini memeluk islam setelah
mengikut kajian wahyu di Darul Arqam. Ketika keluarganya mengetahui ,
dia dikurung di dalam rumah. Setelah berhasil melepaskan diri, pemuda
itu nekad dengan kaum Muhajirin untuk berhijrah ke Madinah.
Kehidupan yang serba kekurangan setelah
masuk islam sangat berbeza dengan kehidupan mewah sebelumnya. Namun,
pemuda itu tetap tabah dalam keimanannya.
Perkara itu yang membuatkan
Rasullulah saw menitiskan air mata , melihat nasib pemuda bangsawan
itu. Pakaiannya pun kini banyak tampalan dengan kulit kambing.
Sebagai seorang Mubaligh , Mush'ab
dikenali sebagai muqri' atau ahli Al-Quran. Dia memiliki keistimewaan
dalam berdakwah , tutur katanya ramah dan lemah-lembut, seperti yang
disampaikan kepada Usaid itu.
Rasullulah menugaskan Mush'ab bertabligh
di Yathrib , kota yang dihuni orang-orang musyrik Yahudi dan Nasrani.
Namun dengan apa yang dimiliki , dia telah berjaya.
Di Madinah , Mush'ab berjaya mendamaikan
suku Aus dan suku Khazraj yang sudah puluhan tahun bersengketa .
Mush'ab diangkat sebagai imam pertama bagi kedua suku yang bersengketa
itu.
Dialah orang pertama yang menyelenggara dan memimpin solat jumaat di kota Madinah.
Ketika Mush'ab gugur di
medan perang , sebagai pahlawan islam, yakni dalam perang Uhud , kain
kafannya tidak cukup untuk menutupi jasadnya, sehingga para sahabat
menyambungkannya dengan daun "idzkhir" pada kakinya .
Pertikan :
Buku"Himpunan Kisah Para Sufi"
Halaman 19-21
Muhamad Ibrahim Salim.
No comments:
Post a Comment